Friday, August 15, 2008

Keranjang Sampah Takakura

Awalnya Mbak Enes (kakakku satu-satunya) searching di internet soal sampah. Soalnya jengkel kena asap dari pembakaran sampah asrama mahasiswa UKSW. Masak universitas hebat dengan ahli lingkungan dan sosial yang banyak nggak ikut mencegah global warming? Tapi Alhamdulillah sekarang sudah tidak lagi setelah Bapakku nulis surat ke kepala asrama dan rektornya. Sampai dua kali lho!

Terusan Mbak Enes nemu pengolahan sampah Takakura yang kalau nggak keliru disitu diceritain sukses dikerjakan warga Surabaya. Mbak Enes lalu ngeprint cara bikinnya. Kami bikin sore itu juga. Seru lho. Dibantu sama Mas Ipin dan mas Yuli juga sih (Staf Jarimatika).

Sekarang kami sudah panen pupuk kompos sekali. Sudah kami pakai buat tanaman di rumah. Kalau tiap rumah bikin keranjang Takakura, aku pikir bisa bantu ngurusi sampah yang menggunung. Dan juga untung nggak usah beli pupuk.

Kalau sekampung bikin bareng malah bisa dijual pupuknya. Uangnya buat kegiatan kampung. Nggak usah repot narik iuran tiap kali mau ngadain acara.

Dan kalau sampah itu diolah dan tidak dibakar, lumayan jadi ikut nimbrung mengurangi global warming. Kereeeeee...n.

Yang mau bikin keranjang takakura bisa klik di http://keranjangtakakura.blogspot.com/ atau kontak kami, nanti kami ajari. Soalnya banyak juga ibu-ibu di sekitarku yang pengin bikin keranjang sampah takakura, terus ngundang aku, Mbak Enes dan Dik Elan. Kami disuruh mempraktekkan cara buatnya, setelah itu ibu-ibu itu juga ikut praktek. Ada ibu-ibu yang habis arisan, ada ibu-ibu yang habis pengajian, terus ke dasawisma di tempat Eyangku juga. Deg-degan juga ngomong di depan eyang-eyang dan ibu-ibu...hehe.. Kata mereka aku kayak ibuku...hehe... seneng deh.